Meringkas Bacaan Melalui Membaca Memindai

by 5:35 AM 0 comments


Informasi Pada Buku:

Judul               : Kajang, pecinta kebersamaan dan pelestari alam
Pengarang       : Juma Darmapoetra
Penerbit           : Arus Timur, 2014
ISBN               : 6029057685, 9786029057683
Tebal               : 82 halaman


Pokok-pokok Informasi:

·         Andingingi, sebuah ritual mendinginkan alam dari Kajang.
·         Penyebab ritual.
·         Manfaat ritual.
·         Tata cara ritual.

            Rangkuman:

Suku Kajang yang terletak di daerah terpencil Makassar, Sulawesi Selatan adalah salah satu dari ribuan suku unik yang dimiliki Indonesia, namun satu hal yang menjadi ciri khas suku ini ialah mereka mempunyai prinsip sebagai pecinta kebersamaan, pelestari alam. Hal tersebut dicerminkan oleh adanya ritual ‘andingingngi’, ritual mendinginkan alam.
Ritual ‘andinginngi’ dimaksudkan untuk melestarikan budaya terima kasih pada alam semesta, istilahnya ini merupakan simbol simbiosis mutualisme antar manusia dan alamnya, harapannya agar alam kembali segar, senang, dan segan untuk selalu menaungi kita, serta mensejahterakan kita, begitu kata mereka. Menurut para ahli hal ini disebut juga fenomena kosmologi.
Sembari mereka melakukan ritual, mereka berharap doa mereka akan sampai ke langit, juga sebagai perekat persaudaraan diantara mereka dan tentu hal ini merupakan cara mereka berteman dengan alam. Doa mereka biasanya meliputi doa untuk bumi beserta isinya, dan alam gaib. Ketika alam sudah kembali dingin, menurut mereka alam akan kembali bersedia menyuguhkan apa yang tersedia darinya.
Meskipun ritual ini merupakan ritual mendinginkan alam, tetap saja yang namanya ritual pastilah sakral. Dalam menjalankan ritual ini, mereka mengenakan pakaian serba hitam, seperti pada hari lainnya. Mengapa? Karena hitam adalah lambang kesederhanaan. Di awal ritual, para penduduk suku kajang berbaris di depan rumah tempat ritual itu dilaksanakan. Ritual ini lengkap dirangkaikan dengan makan bersama, masing-masing orang harus membawa makanan dari rumah sendiri dan saling berbagi. Seluruh rangkaian ritual dipimpin oleh seorang pemangku adat yang diberi gelar ‘Ammattoa’, berbicara tentang ‘Ammattoa’, ‘Ammattoa’ ini tidak diperkenankan untuk diliput, diambil gambarnya, ataupun hanya sekedar merekam suaranya. Karena jika ada orang yang nekat melakukan itu, konon katanya ia akan mendapat bencana setelahnya.






Semoga postingan diatas dapat membantu :)

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment