Anak dan Orang Tua

by 6:17 AM 0 comments

"Anak Emas Tidak Boleh Memelas"


Sudah bukan hal baru bagi kita semua-para remaja, selalu diawasi, dikontrol, dan diremot oleh para orang tua. Sebagian merasa itu hal yang sedikit menyebalkan karena kemauan harus dihalangi oleh persetujuan orangtua karena alasan yang kadang tidak bisa kita terima. Namun, adapula yang menafsirkan bahwa semakin dikekangnya kita, maka itu pertanda bahwa sampai detik ini kita  masih diberi perhatian oleh orang tua. 

Saya termasuk remaja yang mana?

Sebelum membahas saya, mari kita telaah akar permasalahan ini. Kita mulai dari bagaimana pandangan orang tua terhadap anaknya. Setiap orang tua mengartikan anaknya sebagai rahmat dan amanah dari Tuhan, juga sebagai media beramal, bekal di akhirat, dan yang terpenting, setiap orang tua menganggap bahwa anak adalah manusia yang harus dididik oleh mereka. 

Karena pandangan inilah, wajar saja bahwa orang tua memperlakukan anaknya seperti emas yang sangat berharga untuknya. Namun perlu diketahui bahwa emas yang tidak di dulang pun akan memiliki kualitas yang rendah dan tidak terlalu diminati oleh masyarakat. Seperti halnya emas yang perlu di dulang agar bernilai tinggi, maka setiap anak juga perlu dibentuk dan ditempa agar kelak mempunyai nilai guna yang tinggi saat sudah terjun di masyarakat. Jika anak tidak diberi kesempatan dan disembunyikan dari dunia luar, bagaimana mungkin dia bisa memahami fungsinya di masyarakat kelak?



Kekhawatiran orang tua pada anaknya adalah hal yang bagus, bahkan jauh sangat bagus daripada sikap acuh pada anak yang bisa membuat anak merasa tidak dikasihi. Tapi kekhawatiran yang berlebih pada anak akan cenderung bersifat curiga, dan apabila kecurigaan sudah muncul dalam hubungan orang tua dan anak, bisa saja anak akan merasa tidak dipercayai oleh orang tuanya sendiri, jadi satu-satunya jalan untuk menghindari rasa tidak dikasihi oleh orang tua adalah dengan cara mengawasi dan mengontrol anak sewajarnya, jangan sampai orang tua menjelma menjadi layaknya joki pada lomba pacuan kuda yang harus menyakiti 'si kuda' agar sampai ke tempat tujuan yang diinginkan sang joki. Terkadang pula, sang joki lupa bahwa objek yang dikendarainya belum tentu menginginkan tujuan yang sama dengan sang joki, sehingga joki yang seharusnya "menuntun" malah menjadi "penentu kehendak".

Mengutip dari teori Dr. Yusri Abdul Muhsin, sering kali orang tua lupa bahwa faktor terpenting yang membantu anak untuk taat kepada orang tua adalah belaian kasih sayang dan curahan cinta yang ia dapatkan dari orang tua dan seluruh anggota keluarganya. Anak akan mudah untuk patuh dan taat kepada orang tuanya jika ia merasa bahwa semua kebutuhannya akan keamanan, kasih sayang, penghormatan terhadap dirinya, kebebasan, dan sedikit kekuasaan, telah terpenuhi. 

Sampai saat ini.. Alhamdulillah, orang tua saya selalu menempatkan dirinya sebagai "kacamata" bagi kuda liar seperti saya ini, kacamata yang sengaja dipasang di sebelah kanan dan kiri agar si kuda tidak menengok ke sembarang arah hingga kehilangan fokus akan tujuan awalnya. Mereka masih membiarkan anaknya merangkak sendiri namun tetap mengawasi dari belakang. Ketika anaknya sudah mulai sedikit melenceng dari jalur, dengan senang hati mereka mengembalikan anaknya ke jalan yang aman. Karena itu, menurut saya tidak masalah jika orang tua mencampuri urusan kita, karena sejak awal, dari kita lahir, mereka memang selalu menjadi bagian dari kehidupan kita.


Jadi untuk para orang tua yang kebetulan membaca tulisan ini, tolong perlakukan saudara-saudariku yang dititipkan Tuhan pada kalian dengan baik.







Dari seorang anak yang banyak omong,


Jawahirus Saniah.

Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 comments:

Post a Comment